Salah satu alasan orang untuk tidak memilih jalan hidup sebagai entrepreneur adalah ketiadaan bakat. Benarkah untuk menjadi entrepreneur diperlukan bakat? Menurut saya, tidak selalu. Banyak sekali entrepreneur sukses yang semula sama sekali tidak memiliki bakat berwirausaha.
Menurut pakar manajemen, Dr. Roy Sembel, kekuatan manusia terletak pada tiga hal: bakat, pengetahuan dan ketrampilan. Bakat adalah pola pikir, perasaan atau perilaku alami yang kita miliki. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Sedangkan ketrampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus menerus.
Misalnya seseorang memiliki bakat atau talenta di bidang musik. Jika dia terus belajar (misalnya menulis, membaca not balok atau belajar cara komposisi), berlatih secara konsisten minimal 6 jam sehari, selama lebih dari sepuluh tahun, dan senantiasa fokus, maka dapat dipastikan dia akan menjadi musisi terkenal.
Bertolak dari hal di atas maka secara jelas kita dapat melihat bahwa bakat hanya salah satu dari 3 aspek kekuatan manusia. Bakat adalah sesuatu yang sudah kita bawa sejak lahir dan merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Jangan pernah menyesali bakat yang telah diberikan-Nya. Jika merasa bakat kurang maka kembangkanlah 2 aspek lainnya: pengetahuan dan ketrampilan.
Entrepreneur seperti Ir. Hariono, pemilik Panti Pijat Bersih Sehat di Jakarta (yang ini sungguhan pijat untuk kesehatan bukan tempat transaksi seks) malah berani mengatakan kalau sukses seseorang hanya 15% yang ditentukan oleh bakat, keturunan, pendidikan formal (gelar sarjana) dan modal uang. Sisanya sebesar 85% ditentukan oleh yang namanya sikap mental positif yaitu kreativitas. Jadi, bakat bukanlah segalanya. Tanpa didukung kreativitas, bakat tak akan berarti. Sebaliknya, jika bakat yang kita miliki sangat sedikit, jadilah manusia yang kreatif. Caranya dengan tekun belajar dan memiliki pikiran yang senantiasa terbuka. Umumnya dengan semakin bertambahnya pengetahuan orang cenderung makin kreatif.
Ada sebuah kisah menarik untuk menjelaskan hal di atas yaitu tentang burung rajawali yang dibesarkan bersama ayam. Ijinkanlah saya menceritakan kembali cerita milik Anthony de Mello, seorang rohaniwan asal India itu.
Seorang pengembara menemukan sebutir telur rajawali di tengah hutan dan membawanya pulang lalu ditempatkan bersama telur–telur ayam yang sedang dierami induk ayam. Beberapa waktu kemudian, telur–telur tersebut menetas. Rajawali tumbuh bersama ayam dan berperilaku seperti ayam.
Suatu hari, ia melihat seekor burung dengan gagahnya terbang di udara. Ia kemudian bertanya kepada ibunya yang tentu seekor ayam, “Ibu, apa itu?” Ibunya melihat ke atas. “Oh itu… Itu raja segala burung di udara. Namanya rajawali. Kalau kita ini hanya burung–burung tanah yang berkotek, mengais tanah dan makan cacing. Jadi jangan pernah bermimpi menjadi seperti dia, nak,” kata ibu yang penuh kasih sayang itu.
Saudaranya yang tentu seekor ayam kemudian mengambil–alih pembicaraan. “Ah, tapi kamu mirip dia. Sekarang coba kamu terbang,” tutur saudaranya. “Ah, masa iya?” kata sang rajawali yang belum menyadarinya itu. “Mari kita pergi ke sungai dan melihat bayangan dirimu,” ajak saudaranya.
Ketika melihat bayangan dirinya di sungai, ia pun mulai percaya kalau ia adalah rajawali. Tapi karena dibesarkan bersama ayam dan telah menikmati kehidupan seperti ayam, ia mulai pesimis bisa terbang bebas bak rajawali. Saudara–saudara dan ibunya kemudian menaikkan dia ke atas batu dan menyuruhnya terbang. Seperti sudah diduga, mula – mula ia jatuh beberapa kali. Namun setelah mencoba dengan tekun ia mulai bisa terbang.
Angin yang berhembus kencang secara tiba–tiba itu membuat ia terbang makin tinggi. Dari 10 meter, 100 meter, 1.000 meter dan kemudian menghilang di balik megahnya awan. Dari atas sana ia memandang ke bawah. Sambil melihat keluarga tercinta, ia pun berseru, “Engkau yang melihat aku. Engkau yang menyadarkan aku. Engkau yang menciptakan aku menjadi rajawali. Terima kasih…”
Apa hikmah yang bisa kita peroleh dari cerita di atas? Untuk menjadi entrepreneur unggulan, jangan pernah lelah untuk terus mengembangkan kekuatan kita. Terus berusaha dan tekunlah. Jangan pernah menyerah (never give up). Ada baiknya juga, saya paparkan ungkapan bijak milik Presiden Calvin Coolidge yang sering sekali dipakai orang dalam berbagai pelatihan motivasi diri.
Nothing in the world can take the place of persistence. Talent will not; nothing is more common than unsucessful men with talent. Education will not; the world is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are omnipotent! (Di dunia ini tak ada yang bisa mengalahkan ketekunan. Bakat pun tidak; sebab ada sekian banyak orang yang gagal meskipun mereka berbakat. Pendidikan juga tak mampu menggantikannya; dunia ini penuh dengan orang berpendidikan yang gagal. Hanya ketekunan dan kebulatan tekadlah yang tak terkalahkan!).
Untuk itu, mari kita kembangkan bakat, pengetahuan dan ketrampilan kita agar dapat menjadi entrepreneur unggulan! (Paulus Winarto)
Menurut pakar manajemen, Dr. Roy Sembel, kekuatan manusia terletak pada tiga hal: bakat, pengetahuan dan ketrampilan. Bakat adalah pola pikir, perasaan atau perilaku alami yang kita miliki. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Sedangkan ketrampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus menerus.
Misalnya seseorang memiliki bakat atau talenta di bidang musik. Jika dia terus belajar (misalnya menulis, membaca not balok atau belajar cara komposisi), berlatih secara konsisten minimal 6 jam sehari, selama lebih dari sepuluh tahun, dan senantiasa fokus, maka dapat dipastikan dia akan menjadi musisi terkenal.
Bertolak dari hal di atas maka secara jelas kita dapat melihat bahwa bakat hanya salah satu dari 3 aspek kekuatan manusia. Bakat adalah sesuatu yang sudah kita bawa sejak lahir dan merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Jangan pernah menyesali bakat yang telah diberikan-Nya. Jika merasa bakat kurang maka kembangkanlah 2 aspek lainnya: pengetahuan dan ketrampilan.
Entrepreneur seperti Ir. Hariono, pemilik Panti Pijat Bersih Sehat di Jakarta (yang ini sungguhan pijat untuk kesehatan bukan tempat transaksi seks) malah berani mengatakan kalau sukses seseorang hanya 15% yang ditentukan oleh bakat, keturunan, pendidikan formal (gelar sarjana) dan modal uang. Sisanya sebesar 85% ditentukan oleh yang namanya sikap mental positif yaitu kreativitas. Jadi, bakat bukanlah segalanya. Tanpa didukung kreativitas, bakat tak akan berarti. Sebaliknya, jika bakat yang kita miliki sangat sedikit, jadilah manusia yang kreatif. Caranya dengan tekun belajar dan memiliki pikiran yang senantiasa terbuka. Umumnya dengan semakin bertambahnya pengetahuan orang cenderung makin kreatif.
Ada sebuah kisah menarik untuk menjelaskan hal di atas yaitu tentang burung rajawali yang dibesarkan bersama ayam. Ijinkanlah saya menceritakan kembali cerita milik Anthony de Mello, seorang rohaniwan asal India itu.
Seorang pengembara menemukan sebutir telur rajawali di tengah hutan dan membawanya pulang lalu ditempatkan bersama telur–telur ayam yang sedang dierami induk ayam. Beberapa waktu kemudian, telur–telur tersebut menetas. Rajawali tumbuh bersama ayam dan berperilaku seperti ayam.
Suatu hari, ia melihat seekor burung dengan gagahnya terbang di udara. Ia kemudian bertanya kepada ibunya yang tentu seekor ayam, “Ibu, apa itu?” Ibunya melihat ke atas. “Oh itu… Itu raja segala burung di udara. Namanya rajawali. Kalau kita ini hanya burung–burung tanah yang berkotek, mengais tanah dan makan cacing. Jadi jangan pernah bermimpi menjadi seperti dia, nak,” kata ibu yang penuh kasih sayang itu.
Saudaranya yang tentu seekor ayam kemudian mengambil–alih pembicaraan. “Ah, tapi kamu mirip dia. Sekarang coba kamu terbang,” tutur saudaranya. “Ah, masa iya?” kata sang rajawali yang belum menyadarinya itu. “Mari kita pergi ke sungai dan melihat bayangan dirimu,” ajak saudaranya.
Ketika melihat bayangan dirinya di sungai, ia pun mulai percaya kalau ia adalah rajawali. Tapi karena dibesarkan bersama ayam dan telah menikmati kehidupan seperti ayam, ia mulai pesimis bisa terbang bebas bak rajawali. Saudara–saudara dan ibunya kemudian menaikkan dia ke atas batu dan menyuruhnya terbang. Seperti sudah diduga, mula – mula ia jatuh beberapa kali. Namun setelah mencoba dengan tekun ia mulai bisa terbang.
Angin yang berhembus kencang secara tiba–tiba itu membuat ia terbang makin tinggi. Dari 10 meter, 100 meter, 1.000 meter dan kemudian menghilang di balik megahnya awan. Dari atas sana ia memandang ke bawah. Sambil melihat keluarga tercinta, ia pun berseru, “Engkau yang melihat aku. Engkau yang menyadarkan aku. Engkau yang menciptakan aku menjadi rajawali. Terima kasih…”
Apa hikmah yang bisa kita peroleh dari cerita di atas? Untuk menjadi entrepreneur unggulan, jangan pernah lelah untuk terus mengembangkan kekuatan kita. Terus berusaha dan tekunlah. Jangan pernah menyerah (never give up). Ada baiknya juga, saya paparkan ungkapan bijak milik Presiden Calvin Coolidge yang sering sekali dipakai orang dalam berbagai pelatihan motivasi diri.
Nothing in the world can take the place of persistence. Talent will not; nothing is more common than unsucessful men with talent. Education will not; the world is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are omnipotent! (Di dunia ini tak ada yang bisa mengalahkan ketekunan. Bakat pun tidak; sebab ada sekian banyak orang yang gagal meskipun mereka berbakat. Pendidikan juga tak mampu menggantikannya; dunia ini penuh dengan orang berpendidikan yang gagal. Hanya ketekunan dan kebulatan tekadlah yang tak terkalahkan!).
Untuk itu, mari kita kembangkan bakat, pengetahuan dan ketrampilan kita agar dapat menjadi entrepreneur unggulan! (Paulus Winarto)
No comments:
Post a Comment