Miliarder papan atas dunia asal Inggris Sir Richard Charles Nicholas Branson akhirnya datang ke Indonesia. Ia memberikan kuliah umum bertajuk ‘Inspiring Lecture Series’ yang diadakan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) di Hotel Kempinski Jakarta, minggu lalu.
Pria kelahiran Blackheath, London 18 Juli 1950 ini berbagi pengetahuan serta pengalaman meraih kesuksesan dalam berbisnis. Branson sudah mulai berbisnis sejak umur 16 tahun, ketika ia mempublikasikan sebuah majalah bernama Student.
Branson mengaku beruntung meninggalkan bangku sekolah pada usia 15 tahun. Setidaknya ia mendapat dua keuntungan ketika memutuskan meninggalkan bangku sekolah.
Keuntungan pertama, kata dia, semangat nothing to lose. Anak muda dapat terus mencoba, jika usaha yang dirintis gagal karena masih memiliki banyak waktu. “Yang kedua, tidak perlu memikirkan pinjaman rumah dan pacar,” ujarnya sambil tertawa.
Diakuinya meninggalkan bangku sekolah membutuhkan keberanian yang kuat. Karenanya ia tidak menyarankan anak muda untuk meninggalkan sekolah. “Tapi kalian harus berani, karena di umur 24 tahun, Anda akan menghadapi kehidupan sesungguhnya,” katanya.
Branson juga mengungkapkan, kiatnya sebelum memulai bisnis baru. “Kalau saya mau memulai bisnis, saya lebih mengutamakan indra keenam saya ketimbang kalkulasi-kalkukasi bisnis. Kerjakan saja,” katanya. Dia juga enggan menggabungkan karir politik dan bisnis, karena diyakininya akan merusak profesionalisme.
Dalam berbisnis, Branson juga sangat menjunjung etika. Menurut dia, etika bukan saja poin penting dalam berbisnis tapi juga landasan sebuah bisnis.
Selain itu menurut Branson para pebisnis harus membuang buku teks mereka. Buku teks mengajarkan setiap pengusaha harus memiliki bisnis inti jika ingin sukses, namun teori itu tidak berlaku bagi Branson. Menurut Branson, dalam berbisnis yang terpenting adalah apa yang dikerjakan itu penuh dengan passion.
“Jika anda yakin apa yang anda kerjakan itu akan berhasil, maka kerjakanlah tanpa ragu. Lakukanlah,” katanya.
Kini Richard Branson tercatat sebagai orang terkaya ke-261 menurut daftar orang terkaya 2009 versi Forbes, dengan estimasi kekayaan £2.6 milyar (US$3.9 milyar atau Rp35 Triliun). Richard memberi gambaran bahwa apapun bisnis yang ia kerjakan, dilakukan dengan penuh perasaan dan hati. Dan yang terpenting dari itu adalah seluruh bisnisnya tercipta atas dasar inovasi dan transformasi.
“Keinginan yang kuat untuk melakukan dan menciptakan sesuatu. Itulah yang dilakukan manusia untuk hidup,” tuturnya. Menurutnya, setiap orang perlu mempunyai penghasilan. Dan untuk menjadi sukses dibutuhkan strategi yang berbeda, dari bisnis yang pernah sebelumnya ada.
Dalam menjalankan bisnis, seorang Richard Branson tidak selalu mengikuti teori yang ada di dalam buku-buku ekonomi atau pakem-pakem tertentu. Filosofi bisnisnya justru dianggap sebagian orang aneh. Namun, Richard telah membuktikannya lewat kesuksesan yang diraih.
Richard Branson menjadi salah satu pengusaha sukses di negeri Britania. Ia awalnya dikenal dengan usahanya di bidang industri musik internasional yakni Virgin Megastore.
Lalu usahanya tersebut terus merambah ke segala bidang mulai dari maskapai penerbangan ‘Virgin Atlantic’, bisnis komunikasi ‘Virgin Media’, keuangan ‘Virgin Money’, internet, ritel, kereta api, hotel, sampai tempat wisata. Secara total Richard kini memiliki 300 perusahaan di 30 negara.
Branson adalah sosok menyenangkan. Dia kerap berkelakar dengan mimik lucu. Namun, di balik gaya santai dan apa adanya,dia punya semangat dan kegigihan luar biasa. Paling tidak, dia kerap melontarkan pesan sederhana, tapi berarti bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia bisnis.
“Jangan cuma duduk di belakang meja.Bergerak. Cari sesuatu yang membuat Anda tertarik,” cetusnya.
Sesuatu itu, menurut Branson, akan membuat manusia memiliki gairah.“Apa pun yang membuatmu tertarik,kejar dan raihlah itu,”katanya sambil mengepalkan tangan, tanda bahwa dia sungguh bersemangat.
Branson seperti tak pernah kehabisan energi. Dia berkeliling dari satu negara ke negara lain tanpa mengeluh. Rahasianya, seperti dituturkan Branson, adalah semangat untuk membuat perbedaan bagi hidup orang lain. “Kalau punya rasa itu, maka saya jamin, Anda tidak bakal mengeluh kelelahan,” papar lelaki berambut pirang ini.
Peserta kuliah umum Branson sangat antusias. Banyak peserta mengajukan pertanyaan. Branson pun tertawa senang. Dia mengaku tidak menyangka, orang muda Indonesia punya semangat yang melebihi gairahnya selama ini.Kepada peserta,Branson meminta supaya mereka terus bertransformasi.
“Jangan berhenti bertransformasi. Siapkan diri untuk terus, terus, dan terus bertransformasi,” pesan Branson.
Branson kerap meluncurkan usaha yang terdengar tidak masuk akal,tapi sungguh-sungguh terjadi. Bayangkan, dia menciptakan Necker Nymph, perpaduan antara pesawat dan kapal selam yang bisa menyelam hingga kedalaman 130 kaki. Ternyata kesanggupan Necker Nymph belum memuaskan Branson.
Rencananya, dia bakal memperbarui si pesawat bawah laut supaya mampu menyelam sampai 35.000 kaki. Necker Nymph mampu mengangkut seorang pilot dan dua penumpang dalam perjalanan bawah laut selama dua jam. Necker Nymph bukan satu-satunya “mainan” Branson.
September tahun lalu, dia memperkenalkan produk terbaru Virgin Galactic, Space Ship Two (SS2). Dua tahun mendatang, pesawat ini siap membawa penumpangnya ke luar angkasa. Pesawat luar angkasa sepanjang 18 meter ini mampu menampung satu pilot, dua kru, serta dilengkapi ruang istimewa untuk enam penumpang, SS2 memang belum diujicobakan.
Namun, hingga kini sudah tercatat 300 orang yang memesan tempat dalam penerbangan perdana SS2. Untuk menikmati sensasi melayang-layang dalam SS2, calon penumpang itu rela mengeluarkan USD200.000.
Dapatkan artikel KISAH SUKSES lainnya di Portal Wirausaha Indonesia, silakan klik http://jpmi.or.id/
22 February 2011
14 February 2011
KISAH SUKSES: Ni Kadek Citrawati, Andalkan Produk Kecantikan Khas Bali
Ni Kadek Eka Citrawati sukses menggeluti bisnis penyediaan produk spa, aroma terapi, dan kecantikan. Menjadi pengusaha memang harus jeli melihat peluang usaha. Ni Kadek Eka Citrawati, produsen produk spa dan kecantikan, telah membuktikannya.
Eksotisme Bali telah mendapat pengakuan dari mana-mana. Keindahan alam Pulau Dewata mampu menyedot minat turis, baik lokal maupun mancanegara. Seiring bergeraknya waktu, Bali tak hanya menawarkan eksotisme alam belaka. Belakangan Bali juga beranjak menjadi surga perawatan tubuh, melalui produk spa berikut tempat-tempat perawatan kulit yang tumbuh bak jamur di musim hujan.
Tumbuhnya tempat-tempat perawatan tubuh, ternyata menjadi salah satu pintu masuk bagi Ni Kadek untuk bergerak di bisnis produk spa dan kecantikan. ”Pada 2001 saya melihat usaha perawatan tubuh di Bali mulai menggeliat. Saya langsung menangkap sinyal itu dengan mendirikan usaha produksi spa dan kecantikan,” Ni Kadek menceritakan awal mendirikan usahanya.
Istri I Putu Katra tersebut pun bercerita, dirinya sempat gamang ketika memulai usahanya. Dia takut tidak bisa membayar karyawan meski di awal usaha, jumlah karyawannya baru tiga orang. ”Saya memang sudah belajar berbisnis sejak kuliah tapi untuk menekuni bisnis yang serius, memang baru di Bali Alus ini,” aku lulusan arsitektur Universitas Udayana tersebut.
Dia melanjutkan, mengawali usaha Bali Alus dengan modal Rp10 juta, tabungan semasa bekerja di perusahaan swasta dan bantuan bahan baku dari orang tuanya. Sebagai sebuah usaha yang terbilang baru, awalnya Ni Kadek mengalami banyak hambatan. ”Bali Alus”, merek yang diciptakannya mesti berjuang mati-matian menembus pasar produk kecantikan di Bali dan bersaing dengan produsen besar yang telah mapan.
Bahkan, usahanya nyaris gulung tikar ketika dia jatuh sakit. Bali Alus mulai bersinar lagi setelah mendapat suntikan modal Rp30 juta dari Bank pada 2007. Suntikan modal tersebut membuat Bali Alus mampu berkembang lagi. Bahkan, pihak bank memberikan pelatihan kewirausahaan, pelatihan manajemen, hingga membuatkan website untuk promosi. Bali Alus pun terus berkembang.
Berkat kegigihan dan fokus terhadap bisnis, Bali Alus mulai diterima konsumen. Tiga jenis produk awal yang diproduksi Bali Alus mendapat respons positif dari konsumen. Respons positif tersebut tentu menambah motivasi Ni Kadek melanjutkan perjuangannya. Dengan semangat baru serta sokongan modal yang di dapat dari Bank, Ni Kadek kembali berkutat dengan usahanya.
Setelah tiga jenis produk awal menembus pasar, dia segera melakukan inovasi dengan menciptakan produk-produk spa lainnya. Momentum juga turut mengangkat perkembangan bisnis Bali Alus. Seiring berjalannya waktu, selain sebagai tujuan wisata dengan alamnya yang eksotis, Bali menjelma menjadi pusat perawatan tubuh.
”Bali tidak hanya sebagai tujuan wisata tapi juga perawatan tubuh,”ujar Ni Kadek. Biasanya, terutama turis mancanegara, memanfaatkan fasilitas spa setelah mereka berjemur seharian di pantai. Mandi uap atau spa pun menjadi gaya hidup di Bali. Bukan hanya itu,perawatan tubuh lewat aroma terapi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ritual mandi sauna.
Perubahan gaya hidup yang drastis di Bali dengan sendirinya membuat usaha Bali Alus milik Ni Kadek berkembang pesat. Jika pada awal berdiri baru mampu memproduksi tiga jenis produk, kini sudah lebih dari 15 jenis produk spa dan kecantikan dihasilkan Bali Alus. Jumlah karyawannya pun meningkat menjadi 15 orang. Dengan status usaha rumahan, Bali Alus mampu meraih omzet senilai Rp375 juta per tahun. Sebuah angka yang terbilang lumayan untuk usaha rumahan.
Bali Alus juga mulai dikenal sebagai salah satu produsen dalam penyediaan produk spa, aroma terapi, dan kecantikan. Dari rempah-rempah,herbal,sampo, essential oil, body butter, dupa, sampai masker, mampu disediakan Bali Alus. Meski terbilang tumbuh pesat, Ni Kadek mengakui bahwa persaingan usaha sejenis di Bali terbilang ketat. Agar bisa bertahan di tengah roda kompetisi, selain inovasi, Bali Alus mempertahankan ciri khasnya yakni dengan menggunakan bahan baku lokal.
Sekitar 80% bahan baku produk Bali Alus diakui Ni Kadek berasal dari alam Indonesia. “Produk kita suka dikerubuti semut. Itu karena bahannya diambil dari alam,”katanya.Tak hanya bahan, racikan produk Bali Alus juga berdasar pada resep warisan para leluhur. ”Dengan melestarikan, mengembangkan warisan leluhur, didukung oleh kecanggihan teknologi, dibantu oleh tenaga ahli luar dan berbekal ilmu informal design and beauty clinic, kita ingin agar wanita dapat mempercantik diri dengan bahan-bahan alami dan natural yang mempunyai efek samping selain cantik juga sehat,” begitu pesan Ni Kadek.
Ni Kadek mengakui, prospek usaha tersebut ke depannya terbilang cerah.Terbukti dengan promosi usaha yang seadanya saja,baru sebatas dari mulut ke mulut, Bali Alus telah mampu menghasilkan keuntungan lumayan.
Bali Alus kini tengah merambah pemasaran dengan memanfaatkan internet. Dengan cara itu, masyarakat dapat mengetahui bisnis kecantikan milik Ni Kadek ini melalui website balialus.com. Tentu saja dengan prospek yang cerah, Ni Kadek bercita-cita memiliki pabrik sendiri supaya dia mampu memproduksi massal.
Ni Kadek bercita-cita, produknya ke depan bisa dipakai seluruh masyarakat Indonesia sebagai salah satu warisan leluhur bangsa dan menembus pasar ekspor. Lagi-lagi permodalan mungkin akan menjadi kendala.Maklum investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Sumber: novaonline dan www.jpmi.or.id
Eksotisme Bali telah mendapat pengakuan dari mana-mana. Keindahan alam Pulau Dewata mampu menyedot minat turis, baik lokal maupun mancanegara. Seiring bergeraknya waktu, Bali tak hanya menawarkan eksotisme alam belaka. Belakangan Bali juga beranjak menjadi surga perawatan tubuh, melalui produk spa berikut tempat-tempat perawatan kulit yang tumbuh bak jamur di musim hujan.
Tumbuhnya tempat-tempat perawatan tubuh, ternyata menjadi salah satu pintu masuk bagi Ni Kadek untuk bergerak di bisnis produk spa dan kecantikan. ”Pada 2001 saya melihat usaha perawatan tubuh di Bali mulai menggeliat. Saya langsung menangkap sinyal itu dengan mendirikan usaha produksi spa dan kecantikan,” Ni Kadek menceritakan awal mendirikan usahanya.
Istri I Putu Katra tersebut pun bercerita, dirinya sempat gamang ketika memulai usahanya. Dia takut tidak bisa membayar karyawan meski di awal usaha, jumlah karyawannya baru tiga orang. ”Saya memang sudah belajar berbisnis sejak kuliah tapi untuk menekuni bisnis yang serius, memang baru di Bali Alus ini,” aku lulusan arsitektur Universitas Udayana tersebut.
Dia melanjutkan, mengawali usaha Bali Alus dengan modal Rp10 juta, tabungan semasa bekerja di perusahaan swasta dan bantuan bahan baku dari orang tuanya. Sebagai sebuah usaha yang terbilang baru, awalnya Ni Kadek mengalami banyak hambatan. ”Bali Alus”, merek yang diciptakannya mesti berjuang mati-matian menembus pasar produk kecantikan di Bali dan bersaing dengan produsen besar yang telah mapan.
Bahkan, usahanya nyaris gulung tikar ketika dia jatuh sakit. Bali Alus mulai bersinar lagi setelah mendapat suntikan modal Rp30 juta dari Bank pada 2007. Suntikan modal tersebut membuat Bali Alus mampu berkembang lagi. Bahkan, pihak bank memberikan pelatihan kewirausahaan, pelatihan manajemen, hingga membuatkan website untuk promosi. Bali Alus pun terus berkembang.
Berkat kegigihan dan fokus terhadap bisnis, Bali Alus mulai diterima konsumen. Tiga jenis produk awal yang diproduksi Bali Alus mendapat respons positif dari konsumen. Respons positif tersebut tentu menambah motivasi Ni Kadek melanjutkan perjuangannya. Dengan semangat baru serta sokongan modal yang di dapat dari Bank, Ni Kadek kembali berkutat dengan usahanya.
Setelah tiga jenis produk awal menembus pasar, dia segera melakukan inovasi dengan menciptakan produk-produk spa lainnya. Momentum juga turut mengangkat perkembangan bisnis Bali Alus. Seiring berjalannya waktu, selain sebagai tujuan wisata dengan alamnya yang eksotis, Bali menjelma menjadi pusat perawatan tubuh.
”Bali tidak hanya sebagai tujuan wisata tapi juga perawatan tubuh,”ujar Ni Kadek. Biasanya, terutama turis mancanegara, memanfaatkan fasilitas spa setelah mereka berjemur seharian di pantai. Mandi uap atau spa pun menjadi gaya hidup di Bali. Bukan hanya itu,perawatan tubuh lewat aroma terapi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ritual mandi sauna.
Perubahan gaya hidup yang drastis di Bali dengan sendirinya membuat usaha Bali Alus milik Ni Kadek berkembang pesat. Jika pada awal berdiri baru mampu memproduksi tiga jenis produk, kini sudah lebih dari 15 jenis produk spa dan kecantikan dihasilkan Bali Alus. Jumlah karyawannya pun meningkat menjadi 15 orang. Dengan status usaha rumahan, Bali Alus mampu meraih omzet senilai Rp375 juta per tahun. Sebuah angka yang terbilang lumayan untuk usaha rumahan.
Bali Alus juga mulai dikenal sebagai salah satu produsen dalam penyediaan produk spa, aroma terapi, dan kecantikan. Dari rempah-rempah,herbal,sampo, essential oil, body butter, dupa, sampai masker, mampu disediakan Bali Alus. Meski terbilang tumbuh pesat, Ni Kadek mengakui bahwa persaingan usaha sejenis di Bali terbilang ketat. Agar bisa bertahan di tengah roda kompetisi, selain inovasi, Bali Alus mempertahankan ciri khasnya yakni dengan menggunakan bahan baku lokal.
Sekitar 80% bahan baku produk Bali Alus diakui Ni Kadek berasal dari alam Indonesia. “Produk kita suka dikerubuti semut. Itu karena bahannya diambil dari alam,”katanya.Tak hanya bahan, racikan produk Bali Alus juga berdasar pada resep warisan para leluhur. ”Dengan melestarikan, mengembangkan warisan leluhur, didukung oleh kecanggihan teknologi, dibantu oleh tenaga ahli luar dan berbekal ilmu informal design and beauty clinic, kita ingin agar wanita dapat mempercantik diri dengan bahan-bahan alami dan natural yang mempunyai efek samping selain cantik juga sehat,” begitu pesan Ni Kadek.
Ni Kadek mengakui, prospek usaha tersebut ke depannya terbilang cerah.Terbukti dengan promosi usaha yang seadanya saja,baru sebatas dari mulut ke mulut, Bali Alus telah mampu menghasilkan keuntungan lumayan.
Bali Alus kini tengah merambah pemasaran dengan memanfaatkan internet. Dengan cara itu, masyarakat dapat mengetahui bisnis kecantikan milik Ni Kadek ini melalui website balialus.com. Tentu saja dengan prospek yang cerah, Ni Kadek bercita-cita memiliki pabrik sendiri supaya dia mampu memproduksi massal.
Ni Kadek bercita-cita, produknya ke depan bisa dipakai seluruh masyarakat Indonesia sebagai salah satu warisan leluhur bangsa dan menembus pasar ekspor. Lagi-lagi permodalan mungkin akan menjadi kendala.Maklum investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Sumber: novaonline dan www.jpmi.or.id
Subscribe to:
Posts (Atom)