21 August 2010

Membobol Batas Kemampuan

Dunia seakan runtuh, ketika kecelakaan lalu lintas itu terjadi. Setelah
pingsan beberapa saat, ia merasakan sesuatu yang berbeda pada fungsi kaki
kanannya. Kaki itu seperti tidak bertenaga.

Sejak saat itu, ia terpaksa melepas pekerjaannya. Kedua orang-tuanya
berusaha menyembuhkan kelainan itu. Mulai dari upaya medis sampai non medis.
Semua itu menghabiskan biaya seharga sebuah rumah di kawasan Bekasi.
Sayangnya, upaya habis-habisan itu tidak membawa hasil. Kakinya tetap tidak
bisa berfungsi normal.

Jujur, saat itu ia sangat menyesali kejadian yang merenggut fungsi kakinya
itu. Ia menganggap, kemampuannya mengarungi kehidupan jadi terbatas. Dan
akibatnya, kehidupannya jadi terbatas. Selama beberapa tahun, ia hanya
mengurung diri di rumah.

Syukur lah, Tuhan mengulurkan tanganNya. Ketika satu pintu tertutup, Ia
membuka pintu-pintu lainnya. Pelajaran elektronika yang pernah dipelajari di
waktu sekolah, ditekuni kembali. Ia mulai berani membongkar radio dan
televisi rusak, dan mencoba memperbaikinya. Dan berhasil.

Dan bola salju pun menggelinding semakin besar. Ia mulai berani menerima
order dari tetangga kiri-kanan dengan tarif terserah pemberi order. Seiring
berjalannya waktu, ia mulai berani membuka usaha sendiri. Dari kios servis
yang dikelolanya sendiri, ia bisa menghidupi dirinya sendiri.

Itulah paruh perjalanan hidup seorang Yanto, salah satu alumni 'Kelas Jauh'
Institut Kemandirian di Pademangan, yang bisa berlangsung atas kerjasama
dengan Actual Basicnya Kang Roni Yuzirman, dan TDA Pusat. Untuk menambah
pengetahuannya, ia ikut training teknisi ponsel. Ia belajar dari kami,
tetapi kami belajar lebih banyak darinya.

Belajar soal semangat hidup keluar dari keterbatasan. Belajar untuk
terus-menerus membobol batas kemampuan.

Mungkin Tuhan tidak memberi kita tangan, tapi jangan anggap bahwa itu batas
dariNya agar kita tidak bisa menulis. Dalam banyak perjalanan, saya bertemu
dengan orang-orang yang menulis dengan jari kaki, atau bahkan dengan
mulutnya.

Dari sosok Yanto, saya berkeyakinan bahwa Tuhan telah memberikan segalanya
kepada manusia. Sekali lagi, segalanya, untuk kita manfaatkan. Manusia lah
yang membatasi karunia Tuhannya, dengan apa yang ia pikirkan dan ia yakini,
lewat rasa takut, malas dan malu di dalam diri, ketika akan memulai.

(Buat Yanto, sang Guru Kehidupan)
(Sudah dimuat di Harian Semarang, rubrik Inspirasi, Halaman 2, hari Sabtu,
31 Juli 2010)
Sumber: Milis TDA

No comments: