29 August 2010

INSPIRASI & MOTIVASI: Dengan Otak Kanan Mengubah Musibah Jadi Barokah

Dalam bisnis, laju dan majunya perusahaan terkadang tergantung dari sudut mana kita melihat suatu peristiwa yang kita alami dalam menjalankan usaha kita sehari-hari. Hal itu pula yang saya alami dalam 25 tahun terakhir ini, jangan dikira, sebelum akhirnya memiliki 600-an cabang Primagama dan membuka puluhan usaha lain, banyak sekali moment bisnis saya alami dengan beragam peristiwa tragis. Akan tetapi hal itu justru mempertajam intuisi kita dalam mengembangkan usaha. Cerita berikut bisa menjadi pengalaman bagi Anda betapa suatu tragedi terkadang tak selamanya jadi halangan untuk mengembangkan usaha.

Dulu, ketika saya mengembangkan cabang baru Primagama di kota Solo, ada satu tragedi menarik yang bisa saya ceritakan. Kisahnya bermula dari mencari tempat usaha. Setelah survey sana-sini, kami menemukan lokasi strategis untuk cabang pertama Primagama di Solo, yakni sebuah rumah di Jalan Honggowongso. Akan tetapi kondisi rumah tidak siap pakai, esok harinya saya perintahkan tukang untuk membawa perlengkapan bangunan dan pertukangan untuk merenovasi rumah itu. Semua perlengkapan dibawa dengan colt pick up dari Yogjakarta menuju Solo.

Rupanya dalam perjalanan ke Solo, di Klaten, mobil pengangkut material itu malah menabrak pohon, barang bawaan jadi rusak dan hancur. Saya sempat marah dengan sopir waktu itu. “Memangnya kamu tidak melihat ada pohon nyebrang jalan kok sampai kamu tabrak?” kejadian itu memang sempat menjadi diskusi di kantor Primagama Yogja. Itu pertanda buruk, jangan buka cabang di Solo dulu, itu musibah yang kata orang Jawa malati, bawa sial. Jadi sebaiknya ditunda dulu keinginan buka cabang di Solo, sebelum juga mulai tapi sudah terjadi musibah, begitu komentar banyak teman kantor.

Tapi waktu itu, dengan pola pikir otak kanan, saya justru punya pandangan lain. Daya intuisi dan kreasi saya pun tergerak. Kasus tabrakan itu dalam pandangan otak kanan saya justru ujian dalam bisnis. Dan biasanya ujian itu adalah harga tebusan untuk meraih sukses yang lebih besar, kalau belum-belum sudah kena musibah, saya yakin Tuhan justru menjanjikan barokah rezeki besar menanti di depan kalau kita berhasil melaluinya. Oleh karena itu, saya perintahkan untuk jalan terus dan tetap membuka cabang Primagama Solo.

Alhamdulillah, intuisi otak kanan dalam melihat peluang bisnis saya tak keliru. Justru sampai sekarang di Solo yang kini sudah menjadi hampir 19 outlet bimbingan, menjadi salah satu outlet Primagama paling gemuk dan paling banyak siswanya. Coba, kalau dahulu saya memenuhi saran banyak orang untuk membatalkan buka cabang di Solo, cerita sukses dari cabang Solo tak akan terjadi.

Dalam mind set otak kanan, tidak ikut arus dan berani menentang pola pikir lama yang menjadi keyakinan banyak orang. Boleh jadi, saat melihat musibah yang kita hadapi dalam perjalanan bisnis dengan cara pandang yang berbeda, bisa jadi kunci sukses kita. Tak jarang justru musibah bisa berbuah barokah! Untuk itu, saya selalu menyarankan kepada banyak teman, kalau memang kita yakin pada intuisi kita bahwa apa yang kita lakukan benar dan akan mencapai sukses, kita harus menjalani target bisnis kita dengan ngundung (keteguhan hati – istilah Jawa). Ya, kalau memang sudah mau, ya harus dilakukan dengan keteguhan hati.

Satu lagi bukti, bahwa keyakinan dan optimisme yang menjadi intuisi, mengantar kita menuju sukses bisnis. Beberapa tahun lalu ketika saya membuka sekolah Entrepreneur University dengan konsep tanpa nilai, tanpa ujian dan diwisuda setelah siswa terbukti berhasil menjadi pengusaha itu sempat membuat Dirjen Dikti keberatan dan mengirimkan surat teguran kepada saya. Intinya saya tidak diperbolehkan menggunakan istilah University pada sekolah entrepreneur itu. Oleh karena untuk menggunakan istilah University harus banyak aturan formal yang dipenuhi.

Saya tidak takut dengan teguran itu. Dengan santun saya balas surat teguran itu dan di surat tersebut saya jelaskan bahkan University dalam Entrepreneur University itu hanya sebuah nama. Apalah artinya sebuah nama. Karena, argument saya, Laksamana Sukardi juga bukan seorang laksamana dan Christine Hakim juga bukan seorang hakim pengadilan. Alhamdulillah sampai sekarang surat teguran itu juga tak dibalas lagi dan sampai sekarang EU sudah berkembang di banyak kota di Indonesia. Dan telah melahirkan ribuan pengusaha baru yang jauh lebih berguna bagi bangsa ini, daripada banyak lulusan universitas-universitas pada umumnya. Otak kanan kembali membuktikan bisa mengubah bencan atau ancaman, justru menjadi peluang yang gemilang.

Penulis : Purdi E. Chandra (Owner Primagama)

Dapatkan artikel INSPIRASI & MOTIVASI lainnya di Portal Wirausaha Indonesia, silakan klik http://jpmi.or.id/

21 August 2010

Membobol Batas Kemampuan

Dunia seakan runtuh, ketika kecelakaan lalu lintas itu terjadi. Setelah
pingsan beberapa saat, ia merasakan sesuatu yang berbeda pada fungsi kaki
kanannya. Kaki itu seperti tidak bertenaga.

Sejak saat itu, ia terpaksa melepas pekerjaannya. Kedua orang-tuanya
berusaha menyembuhkan kelainan itu. Mulai dari upaya medis sampai non medis.
Semua itu menghabiskan biaya seharga sebuah rumah di kawasan Bekasi.
Sayangnya, upaya habis-habisan itu tidak membawa hasil. Kakinya tetap tidak
bisa berfungsi normal.

Jujur, saat itu ia sangat menyesali kejadian yang merenggut fungsi kakinya
itu. Ia menganggap, kemampuannya mengarungi kehidupan jadi terbatas. Dan
akibatnya, kehidupannya jadi terbatas. Selama beberapa tahun, ia hanya
mengurung diri di rumah.

Syukur lah, Tuhan mengulurkan tanganNya. Ketika satu pintu tertutup, Ia
membuka pintu-pintu lainnya. Pelajaran elektronika yang pernah dipelajari di
waktu sekolah, ditekuni kembali. Ia mulai berani membongkar radio dan
televisi rusak, dan mencoba memperbaikinya. Dan berhasil.

Dan bola salju pun menggelinding semakin besar. Ia mulai berani menerima
order dari tetangga kiri-kanan dengan tarif terserah pemberi order. Seiring
berjalannya waktu, ia mulai berani membuka usaha sendiri. Dari kios servis
yang dikelolanya sendiri, ia bisa menghidupi dirinya sendiri.

Itulah paruh perjalanan hidup seorang Yanto, salah satu alumni 'Kelas Jauh'
Institut Kemandirian di Pademangan, yang bisa berlangsung atas kerjasama
dengan Actual Basicnya Kang Roni Yuzirman, dan TDA Pusat. Untuk menambah
pengetahuannya, ia ikut training teknisi ponsel. Ia belajar dari kami,
tetapi kami belajar lebih banyak darinya.

Belajar soal semangat hidup keluar dari keterbatasan. Belajar untuk
terus-menerus membobol batas kemampuan.

Mungkin Tuhan tidak memberi kita tangan, tapi jangan anggap bahwa itu batas
dariNya agar kita tidak bisa menulis. Dalam banyak perjalanan, saya bertemu
dengan orang-orang yang menulis dengan jari kaki, atau bahkan dengan
mulutnya.

Dari sosok Yanto, saya berkeyakinan bahwa Tuhan telah memberikan segalanya
kepada manusia. Sekali lagi, segalanya, untuk kita manfaatkan. Manusia lah
yang membatasi karunia Tuhannya, dengan apa yang ia pikirkan dan ia yakini,
lewat rasa takut, malas dan malu di dalam diri, ketika akan memulai.

(Buat Yanto, sang Guru Kehidupan)
(Sudah dimuat di Harian Semarang, rubrik Inspirasi, Halaman 2, hari Sabtu,
31 Juli 2010)
Sumber: Milis TDA