17 August 2008

Umi Nursalim: Modal Sukses Saya Cuma Jujur

Jika berbincang dengan pemilik nama lengkap Ratna Juwita Umiarsih Nursalim ini, Anda tidak akan menyangka beliau adalah seorang ibu kelahiran Yogyakarta pada 4 Juni 1943 ini. Betapa tidak, pengusaha restoran ayam goreng dengan merek Mbok Berek Nyonya Umi ini, ternyata masih sangat bersemangat saat tampil di panggung sebagai penyebar inspirasi sukses. Di saat usianya sudah menginjak angka tujuhpuluhan, ia tetap enerjik, sehari-hari masih terlibat penuh dalam usaha restorannya, dan tampak lebih muda dari usia sesungguhnya.
Berangkat usaha dari rumah dan hanya dengan seekor ayam pinjaman, Umi kini berhasil memiliki delapan restoran ayam goreng di berbagai tempat. Ia mengaku bahwa memulai usaha tidak harus selalu dengan modal besar. Bahkan bermodal barang pinjaman pun bisa, asal seseorang ulet dalam menjalankan usahanya. Semangatnya memang luar biasa dalam membesarkan usaha rumahannya. “Apa pun jenis usaha kita, ya harus ditekuni. Jangan mudah menyerah dan jangan mudah bosan,” itulah pesan Umi kepada semua orang yang hendak berwirausaha.
Ibu dari Hastari Winariyanti, Agung Dwi Hariyanto S.E, Danik Rusmaningtyas, dan Ratih Kusumastuti, ini punya prinsip bahwa kejujuran adalah modal utama dalam menjalankan usahanya. Selain itu, seorang pengusaha, apalagi yang pemula, hendaknya tidak mudah terpancing untuk menghambur-hamburkan hasil usahanya. “Prinsip saya, modal satu harus jadi dua,” ujarnya kepada Edy Zaqeus dari Pembelajar.Com, dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu di Hotel Novotel, Solo, Jawa Tengah. Berikut petikan wawancarnya:
Apa modal usaha Anda?Ya kalau zaman dulu sih ya tadi, kita jujur aja, ulet, tekun, disiplin, tidak mudah putus asa, tidak boleh mengeluh, tidak boleh iri dengki, hati harus bersih. Tapi kalau sekarang modal ya tetap jujur. Karena ini kan kepercayaan, seperti Tuppeware apa kan? Yang penting jujur menjalankan, setelah laku kita setor. Jujur nomor satu.
Orang suka bilang, tak punya uang tak bisa wirausaha?Mau usaha apa? Wong jual sayuran door to door dapat uang kok. Kita modalnya jujur saja, bisa ndak menjualkan ini...ini...cukup. Jadi apa saja yang bisa menghasilkan uang kita jual. Yang penting jangan gengsi. Jual ini itu malu, maunya jualan yang megah-megah saja. Ndak bisa. Usaha apa pun yang penting halal dan mendapatkan keuntungan. Tuhan akan memberi jalan kepada siapa yang mau. Kalau ndak mau mana bisa? Mana ada uang jatuh dari langit? Wong saya ini mulainya beli cabe sejumput, lalu dibumbu, ayamnya satu, ya jalan. Terus modal usaha kembali ke usaha untuk memperbaiki usaha. Jangan untuk beli yang macam-macam.
Pernah usaha apa saja sebelum sukses dengan ayam?Apa saja, baju-baju saya tawarkan ke tetangga. Jual piring, sendok, cangkir, pesenan itu. Gaji suami saya pakai untuk beli dulu, trus saya belikan, saya tagih harian. Itu cuma cara untuk memperpanjang gaji suami. Jadi jual apa pesanan tetangga bayarnya mereka harian, misalnya dulu Rp 25 sehari. Menurut Anda, apa peran yang baik untuk seorang istri dalam kehidupan ekonomi keluarga?
Membantu suami dengan kerja yang tidak meninggalkan anak. Bisa membuat makanan untuk dititip-titipkan, boleh lulur ke rumah-rumah, memijat, kerokan. Kan sekarang kerokan sekali saja Rp 10.000. Kalau lulur, modal Rp 5.000 kembali Rp 30.000 ha ha ha. Jadi di sekitar ibu-ibu itu banyak peluang. Masalahnya banyak yang nggak tahu.
Bagaimana kalau suami melarang?Sekarang kayaknya ndak bisa ya. Kebutuhan kan macam-macam, kadang nggak cukup gaji suami saja. Ya, istri harus menunjang. Membantulah!
Bagaimana supaya tidak jenuh menekuni bidang usaha yang sama bertahun-tahun?Bagaimana ya, saya sendiri juga jenuh, tapi kita ya refreshing. Cuti atau bagaimana. Jadi ndak boleh...malas ah, tutup saja! Usaha apa pun kita harus tekun, ndak boleh jenuh. Walau jenuh kita harus tetap kerja, demi kesuksesan.
Gagal itu lumrah. Tapi ketika orang gagal jadi trauma. Mau bangkit lagi itu sulit. Menurut Anda?Berapa kali dia usaha dan gagal? Makanya, memulainya jangan langsung besar. Merintis itu harus dari kecil. Jadi kalau langsung besar istilahnya setelah di gunung jatuhnya ke jurang. Kecuali punya modal besar, bikin usaha lalu jatuh, itu ndak soal. Tapi kalau yang modalnya terbatas apalagi uang bank, kita harus hati-hati. Misalnya kita punya modal sendiri 25 perak, lalu kalau berani kita pinjam 5 perak. Atau punya 100 kita pinjam 25. Jadi kalau jatuh masih punya 50, masih punya untuk mengembalikan yang 25.
Kalau bisnis lagi turun siklusnya, apa yang harus dilakukan?Mungkin perlu dipromosi lagi. Kalau kita orang dagang memang naik turun, saya sendiri juga begitu, ndak pasti. Cuma kita cari apa sebabnya. Kalau saya restoran, apa kurang bersih, kurang enak, kurang cepat saji. Teliti dulu penyebabnya setelah itu diperbaiki.
Kalau dari sisi spirit kita?Ya kita jangan cuma senang kalau di atas terus. Roda kan berputar? Kalau di bawah jangan mengeluh, kalau di atas jangan sombong. Kalau lagi turun mungkin bisa istirahat dulu atau bagaimana, tapi jangan terus bosan, tutup, atau berhenti. Mungkin perlu usaha lebih keras lagi.
Siapa saja yang ikut memberi semangat kepada Anda?Kalau saya memang terutama kemauan sendiri. Kemauan keras untuk jadi, harus jadi ini. Misalnya mengapa saya ingin franchise, karena saya lihat Kentucky saja dari Amerika bisa masuk sini. Mengapa kita tidak bisa ke sana? Kita harus belajar. Kita coba, sekali gagal, dicoba lagi, terus sampai berhasil. Tetap semangat. Dari mana Anda belajar bisnis?Dulu waktu SD-SMP saya tidak ikut orang tua. Saya ikut saudara, kalau minta terus kan ndak enak. Saya berpikir bagaimana supaya saya dapat uang tanpa membebani saudara. Terus saya jualan hem (seragam sekolah) waktu SMP. 'Boleh saya jualkan bajunya, Bu?' 'Boleh-boleh. Kamu bayarnya kalau kamu dapat uang saku dari orang tua, kamu bayarnya tiap hari saja (diangsur)'. Lama-lama waktu SMKK saya menjualkan dagangan orang tua teman saya. Jadi kita punya uang. Memang ulet sejak kecil. Nomor satu memang menyenangi keadaan bisa usaha. Hobi bisa untuk usaha asal ada kemauan. Cita-cita saya dari dulu bisa mandiri. Karena saya dari kecil ikut nenek, ikut tante.
Siapa guru-guru bisnis Anda? Sendiri saja, kemauan saja. Apa pun kalau orang lain bisa mengapa saya tidak? Belajar dari praktek dan pengalaman. Ndak ada yang ngajarin, guru atau sekolah ndak ada.
Soal tempat usaha, seberapa penting menurut Anda? Saya keliling sendiri mencari tempatnya. Kira-kira ini...oh perumahan menengah ke atas, dekat kantor-kantor besar. Mana dari tempat kita yang kira-kira tidak efisien kita jual, lalu kita belikan tempat yang kira-kira bakal naik harganya dan bisa untuk usaha. Di samping aset juga harus cari yang naik. Yang kira-kira satu bisa jadi dua. Satu rumah bisa jadi dua, satu mobil bisa jadi dua. Ini kemauan saja, feeling saya.
Bagaimana mengembangkan feeling itu? Kalau feeling dagang, mencari tempat harus kita sendiri. Pencarian kita dengan orang lain beda-beda. Kalau lokasi kantor kan mudah. Tapi kalau untuk dagang, ya cari lokasi yang parkirnya mudah, dekat perumahan menengah ke atas, dekat perkantoran. Ini feeling dagang. Nah, kalau Tupperware itu kan pabriknya harus mengeluarkan produk-produk baru, jadi terus merangsang orang beli.
Bagaimana pandangan Anda terhadap karyawan? Karyawan itu kan aset kita juga. Karena usaha kita tidak mungkin usaha sendiri tanpa mereka. Konglomerat pun tidak bisa. Menanam sendiri, jual sendiri, masuk kantong sendiri ndak bisa. Dan kalau bisa jangan ganti-ganti karyawan. Lebih baik menaikan gaji mereka daripada kita mendidik yang baru. Karena itu lebih sulit. Karyawan itu mitra kerja.
Anda termasuk pengusaha yang bisa menahan diri untuk tidak bermewah-mewahan. Mengapa? Prinsipnya usaha biar maju dulu. Saya sejak 1978 berusaha, 25 tahun lebih baru sekarang berani beli mobil bagus. Itu setelah buka cabang banyak. Apalagi usia saya sudah 71 tahun, ya bolehlah kita menikmati hasil usaha.
Sejak awal Anda terampil sekali mengelola uang atau barang orang lain untuk bisnis? Saya itu modalnya hanya jujur. Ayam saya ngutang, besok setelah laku saya bayar. Sayuran dan beras juga ngutang, sekarang ambil dijual laku, besok bayar. Semuanya itu, sekarang ambil besok bayar sama ambil lagi. Sampai sekarang.
Lalu, ceritanya sampai bisa buka cabang? Waktu masih di kontrakan di Jalan Soepomo 2-B, ceritanya saya ditanya perlu modal berapa oleh Pak Nyoman dari bank. Saya bilang cari tempat dulu untuk buka cabang. Saya dapat di Jalan Panglima Polim No.93, ada kontrakan lima tahun Rp10 juta. Lalu dipinjami uang oleh bank untuk kontrak, beli kulkas, meja kursi, dll. Itu saya belum punya mobil. Dulu naik bemo, belum ada bajaj. Lalu tahun berapa ya, 80-an itu ada taksi terus saya langganan untuk antar ayam. Ternyata dua tempat ini jalannya bagus, lalu tempat di kiri-kanan dibeli, jalannya makin kenceng. Dari situ dapat tempat lagi yang sekarang ini. Pinjaman perlu ya, tapi harus pintar mengelola juga...?
Iya. Saya tidak mengutik-utik pemasukan, langsung setor bank dia yang memotong. Karena makanan kan istilahnya kita ngutang. Sekarang beli, besok bayar dan ambil lagi. Sampai sekarang.*

No comments: